Rabu, 18 Januari 2017

Perkembangan Indonesia Go Open Source(IGOS) di pedesaan.

nama : 
Ade Imam Saputra ( 10113136)
Nurhadi Wibowo (16113663)
Yongky Maherta (19113498)
Perkembangan Indonesia Go Open Source(IGOS) di pedesaan.
"Indonesia Go Open Source (IGOS)" untuk mengembangan perangkat lunak sumber terbuka di pedesaan sesungguhnya sudah dideklarasikan sejak tanggal 30 Juni 2004 oleh 5 kementerian yaitu:
1.      Kementerian Negara Riset dan Teknologi
2.      Kementerian Komunikasi dan Informasi
3.      Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
4.      Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
5.      Kementerian Pendidikan Nasional.
Ditambah surat edaran Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor SE/01/M.PAN/3/2009  tentang Pemanfaatan Perangkat Lunak Legal dan Open Source Software (OSS) yang salah satu isinya adalah : "Diharapkan paling lambat tanggal 31 Desember 2011 seluruh Instansi Pemerintah sudah menerapkan penggunaan Perangkat Lunak Legal”.
Hanya saja gerakan ini masih sangat lambat maka sebanyak 28 pemerintah desa berinistiatif untuk melakukan terobosan dengan menerapkan penggunaan Open Source yang diharapkan diikuti oleh semua lapisan masyarakat untuk menggunakan perangkat lunak legal. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berbasis sumber terbuka (open source) telah menembus dunia perdesaan. Sejumlah desa, seperti Desa Mandalamekar dan Desa Melung, secara terbuka mengibarkan gerakan goes open source. Gerakan ini diikuti oleh puluhan desa lainnya di wilayah Sukabumi, Cilacap, Tasikmalaya, Banyumas, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.

Mengapa penerapan TIK berbasis open source berkembang cepat di dunia perdesaan?
Salah satu kunci keberhasilan pengembangan piranti lunak sumber terbuka di dunia perdesaan adalah komunalisme. Dunia perdesaan digerakkan oleh jalinan kekerabatan yang kuat, termasuk dalam pengelolaan sumber daya. Hal itu tampak dalam pemanfaatan sumber daya secara kolektif, misalnya seorang warga bisa meminjamkan cangkul, ember, sepeda, tak terkecuali mebeler pada tetangganya. Warga desa percaya dalam hak kepemilikan selalu diikuti oleh hak sosial. Pandangan inilah yang melahirkan semangat gotong-royong. Perkembangan piranti lunak sumber terbuka juga ditentukan oleh semangat komunalisme dan kolektivitas. Sistem dikembangkan secara bersama-sama oleh para penggunanya sendiri.
Mereka saling berbagi catatan, baik saat menemui kelemahan sistem maupun persoalan kenyamanan saat menggunakannya. Cara kerja inilah yang membuat sejumlah piranti lunak open source, seperti Mozilla Firefox, Libre Office, Filezilla, Chrome, dan WordPress melejit melampaui piranti-piranti lunak sumber tertutup dan berbayar. Tradisi di atas mulai terasa di Desa Mandalamekar dan Desa Melung yang menerapkan piranti lunak sumber terbuka. Setelah menggunakan sistem operasi BlankOn, Desa Mandalamekar mulai melirik untuk mengembangkan sistem itu dalam bahasa Sunda. Hal serupa dilakukan oleh Desa Melung, mereka mulai melakukan alih bahasa dalam Bahasa Banyumas. Hal ini mustahil dilakukan bila mereka menggunakan sistem yang berbasis tertutup. Alih-alih bisa mempelajari kode sistem, mereka justru bisa diseret ke penjara karena dianggap melanggar hak cipta.

Dua desa di atas telah menerapkan sistem pemerintahan elektronik (e-government) tanpa mengeluarkan dana yang besar, bahkan penerapan pemerintahan elektronik menjadi strategi penghematan anggaran belanja desa. Kondisi ini jauh bertolak belakang dengan penerapan e-government yang diusung oleh pemerintah kabupaten, provinsi, maupun nasional yang menelan dana hingga milyaran rupiah. Dampak lain penerapan TIK di perdesaan yaitu membiasakan warga untuk menulis. Warga membuat tulisan atau berita tentang desa untuk ditayangkan di website. Kebiasaan ini menunjang sistem administrasi perkantoran dan upaya mengurangi kebutuhan penggunaan kertas (paperless). Kebiasaan menggunakan kertas berarti meningkatkan penebangan kayu yang merupakan bahan baku pembuatan kertas, sehingga dapat berpengaruh pada keseimbangan lingkungan. Mereka mulai terbiasa mengirim undangan, cukup menggunakan email (surat elektronika) yang menghemat penggunan kertas, juga mempercepat waktu pengiriman dan penghematan anggaran.


https://docs.google.com/document/d/1vYRiU0eQyUlliyfOk4EIWqLdISrqKkdQ67E_EeB7gUg/edit